PERISTIWA G30S/PKI
Tepat pada malam hari saat pergantian 30 september (Kamis) ke tanggal 1 Oktober (Jum'at) 1965, peristiwa bersejarah itu terjadi dan melibatkan anggota PKI dan pasukan cakrabirawa. Gerakan ini sebetulnya bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar tiongkok dan uni soviet. Anggota nya berjumlah 3,5 juta , ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani) , organisasi penulis dan artis serta pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Dipa Nusantara Aidit lah yang memprakarsainya. Aidit merupakan ketua dari PKI pada saat itu. PKI sendiri berdiri pada 23 mei 1920 dan diketahui pernah melakukan pemberontakan lain sebelum G30S/PKI. Pada 1948 misalnya, partai ini pernah melakukan pemberontakan di madiun, jawa timur.
Peristiwa G30S/PKI bermula pada tanggal 1 Oktober dimulai dengan kasus penculikan 7 Jenderal. Gerakan ini mengincar sejumlah Perwira tinggi TNI AD. Tiga diantara enam jenderal yang menjadi target pembunuhan dilakukan di kediamannya, sisanya di culik dan mengalami penyiksaan di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur
Pasukan cakrabirawa (Pasukan pengawal Presiden Soekarno) dimanfaatkan PKI, yang pergerakan nya dalam hal ini di pimpin perwira AD Letkol Untung. Pasukan cakrabirawa diperintahkan untuk menangkap sejumlah jenderal dalam keadaan hidup ataupun mati. Ada 7 orang jenderal yang gugur dalam peristiwa tersebut, diantara lain :
1. Letjen Ahmad Yani (Kastaf komando AD)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur kehakiman)
7. Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jendral Nasution)
Jenazah dari ketujuh jenderal dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya. Setelah tubuh para jenderal berada di dalam sumur, mereka kembali ditembaki berkali-kali. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa mereka sudah benar-benar tewas. Setelah itu sumur ditutupi dengan sampah pohon karet supaya tidak terlihat ada hal yang mencurigakan.
1 Oktober mendatang dan masih belum ada yang mencium sesuatu yang tak beres. Akhirnya pada tanggal 4 Oktober, mayat ditemukan dan diangkat dari sumur. Jasad segera divisum dan diautopsi di Rs.Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Setelah itu jenazah para jenderal dibawa ke markas Besar AD untuk disemayamkan dengan layak.
Rep : Nazwa Rachmadani
Keren
BalasHapus